Proposalku

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 telp (024)747570

RANCANGAN PENELITIAN
Diajukan oleh :
Nama             : TIKA ARDHIYATI
NIM                 : 3401409080
PRODI           : PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

JUDUL  : TINGKAT KEDISIPLINAN MASYARAKAT SEKARAN DALAM MENJAGA BUDAYA HIDUP BERSIH TERHADAP LINGKUNGANNYA.
l. Latar Belakang
   Dewasa ini kondisi masyarakat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Hal ini dapat ditemukan pada peristiwa-peristiwa yang masih sering terjadi di lingkungan masyarakat. Baik berupa penyimpangan-penyimpangan terhadap kaidah dan nilai yang berlaku dimasyarakat dengan berbagai macam perilaku. Berdasarkan kenyataan kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia maka tingkat kedisiplinan dapat dilihat dari kepedulian masyarakat terhadap lingkungan yang ada disekitar mereka. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat adalah tangung jawab bersama. Khususnya masyarakat yang ada disekitar lingkungannya. Mereka memiliki peran yang penting dalam menjaga lingkungan serta menciptakan budaya lingkungan yang bersih dan sehat.

Satu fenomena yang menarik bahwa tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat Sekaran terhadap kebersihan lingkungan masih kurang. Meskipun pemerintah (Lembaga Kelurahan maupun RT dan RW) sudah berupaya memberikan pembinaan, pembimbingan serta pengarahan tentang kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan yang ada disekitar mereka. Rendahnya tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat Sekaran terhadap kondisi lingkungan dapat dilihat dari cara hidup masyarakat yang sebagian besar belum mencerminkan budaya hidup bersih dan sehat. Hal ini dapat dicermati masih banyak sampah yang berserakan dan menumpuk dilingkungan tempat tinggal disekitar mereka, sisa-sisa plastik dan makanan, tempat seperti sumur ( tempat MCK) yang jarang dibersihkan serta selokan-selokan yang memang sengaja dibendung oleh salah satu warga. Sehingga hal tersebut menyebabkan penyumbatan saluran air dan menjadi sarang bibit nyamuk, serta menyebabkan ganguan kesehatan dan kebersihan lingkungan. Satu hal lain yang dapat diamati yaitu kebanyakan masyarakat Sekaran cenderung menganggap enteng mengenai masalah kondisi kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka dan terhadap pola perilaku terhadap kesehatan.
Berdasarkan pandangan di atas peneliti berminat untuk menkaji fenomena ini dengan lebih mendalam melalui penelitian agar didapat suatu kesimpulan berdasarkan teori atau ilmu yang terkait. Dengan dasar pemikiran tersebut maka peneliti menyusun suatu penelitian yang diberi judul “Tingkat kedisiplinan masyarakat Sekaran dalam menjaga budaya hidup bersih terhadap lingkungannya”
ll. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang ada dan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas, maka untuk memfokuskan masalah dalam penelitian, dilakukan pembatasan sebagai berikut yaitu:
1.    Bagaimana persepsi masyarakat Sekaran mengenai budaya hidup bersih lingkungannya.
2. Upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Sekaran dalam rangka menjaga budaya hidup bersih di lingkungannya.
3. Bagaimana masyarakat Sekaran menerapkan kedisiplinan dalam menjaga budaya hidup bersih   dilingkungannya.
III. Tujuan Penelitian
Berkenaan dengan masalah di atas penelitian bertujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan tentang “Tingkat Kedisiplinan Masyarakat  Sekaran Dalam Menjaga Budaya Hidup Bersih terhadap Lingkungannya” dengan Studi kasus pada masyarakat Banaran Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang yaitu untuk mengetahui:
1. mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Sekaran tentang budaya hidup bersih lingkungannya.
2. Mengetahui upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Sekaran dalam rangka menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.
3. Mengetahui bagaimana masyarakat Sekaran dalam penerapan kedisiplinan dalam menjaga budaya hidup bersih lingkungannya.

IV. Manfaat Penelitian
            Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Kegunaan Secara Teoretis
Secara teoretis penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
a) sebagai masukan kepada masyarakat untuk meningkatkan kedisiplinan dalam menjaga kebersihan lingkungan, b) sebagai masukan kepada masyarakat mengenai pentingnya sikap disiplin dan kepedulian terhadap kondisi kebersihan lingkungan, c) memberikan pengetahuan tentang manfaat menjaga budaya hidup bersih bagi anggota masyarakat khususnya terhadap kesehatan mereka.
2. Kegunaan Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a) menjadi pertimbangan kepada pihak-pihak yang berwewenang, untuk meningkatkan pembinaan tentang kedisiplinan dilingkungan masyarakat. b) sebagai masukan sekaligus informasi para instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang kesehatan untuk memperhatikan dan meningkatkan kedisiplinan masyarakat menjaga budaya hidup bersih lingkungannya, c) memberikan pengetahuan bagi para masyarakat dalam menciptakan kedisiplinan dalam menjaga budaya hidup bersih dilingkungan, d) sebagai tumpuan bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

V. Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
5.1   Pengertian Kedisiplinan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disiplin berarti latihan batin atau watak dengan maksud supaya segala perbuatan selalu mentaati tata tertib, berdisiplin artinya mentaati ketentuan atau aturan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Secara stuktural menurut Mardiamadja (1998:2) disiplin mengandung beberapa pengertian yaitu: a) keseluruhan yang mengatur tingkah laku agar sesuai dengan ketentuan yang ada di masyarakat, b) keseluruhan proses latihan dan pendidikan sesuai dengan pranata tersebut dan c) sifat perilaku yang sesuai dengan pranata kemasyarakatan yang bersangkutan.
Selanjutnya Mardiamadja mengatakan bahwa keseluruhan yang disebut dengan istilah disiplin adalah menunjukan pada aturan-aturan yang sistematik demi keserasian hidup bersama, sedangkan proses pelatihan yang disebut disiplin adalah usaha untuk menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan akhirnya setiap orang diharapkan berperilaku sesuai dengan pranata masyarakatnya.
Disiplin merupakan sikap hidup dan perilaku yang mencerminkan tanggung jawa terhadap kehidupan, tanpa paksaan dari luar. Sikap dan perilaku ini dianut berdasarkan keyakinan bahwa hal itulah yang benar dan keinsafan bahwa hal itu bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Selain hal itu masalah disiplin erat kaitannya dengan pola perilaku seseorang dalam kelompok sosialnya dalam mentaati dan menjalankan kaidah-kaidah yang ada guna menciptakan adanya suatu keselarasan dan keserasiaan hidup dalam menjalankan peranan sebagai anggota masyarakat yang disiplin (Suhartini, 2002:26).
Disiplin memiliki keterkaitan tiga unsur kepribadian manusia, yaitu jiwa, watak dan perilaku. Berkenanan dengan jiwa maka disiplin ditentukan oleh tingkat daya cipta, rasa dan karsa. Dalam tingkat ini disiplin mengandung aspek kemampuan manusia memenuhi sesuatu melalui ketiga unsur pengendalian tersebut. Sehingga disiplin diartikan sebagai suatu perbuatan yang dilakukan dengan sadar untuk melaksanakan suatu sistem dengan sikap menghormati dan taat dalam menjalankan keputusan perintah atau aturan yang berlaku.
Disiplin menurut Bintarto dalam Hidayah (1996:12) bahwa untuk menyebutkan disiplin dalam diri seseorang tergantung pada sifat dirinya, situasi kondisi, serta kebutuhan atau keinginan tertentu. Dengan kata lain kedisiplinan dalam diri seseorang dapat berubah-ubah menurut situasi dan kondisi yang berbeda.
Sikap disiplin sosial merupakan salah satu wujud dari kesatuan sikap individu yang menjalani disiplin yang menyangkut sifat mental yang dapat menjiwai dan mendorong secara kesinambungan terhadap aktifitas yang menuju kearah sikap disiplin diri dan sikap disiplin sosial (Hidayah, 1966:73).
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat digarisbawahi bahwa membentuk sikap disiplin yang baik adalah disiplin yang timbul karena adanya kesadaran dalam diri seseorang. Sehingga jika ia sudah dapat menerapkan kedisiplinan pada diri sendiri, maka dengan mudah dapat menciptakan disiplin secara luas dalam kehidupan baik bagi individu, organisasi maupun lingkungan masyarakat.
Pengartian disiplin kaitannya dengan budaya hidup bersih, dapat diartikan sebagai sikap, tindakan atau perilaku manusia sebagai individu sekaligus anggota masyarakat yang menyangkut kemampuan (mental) untuk dapat menerima, menerapkan dan melaksanakan kaidah-kaidah atau aturan yang berlaku, dengan menerapkan cara hidup yang teratur dan tertib dalam lingkungan masyarakat.
Dalam masyarakat Sekaran disiplin kaitannya dengan budaya hidup bersih disiplin merupakan sikap atau tindakan yang diartikan sebagai perilaku yang dilakukan secara rutin dan tepat pada waktunya. Dalam hal ini yaitu rutin dalam kegiatan membersihkan lingkungan yang ada disekitar mereka, sebagai wujud upaya masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan yang ada disekitar mereka.

5.2 Bentuk-bentuk Disiplin
Menurut Mc Clelland dalam Dacana (1996:33) mengatakan bahwa pembangunan masyarakat menyangkut suatu mentalitas, dimana mencangkup sikap-sikap diataranya yaitu berorientasi kemasa depan, mampu berinovasi, menghargai karya, percaya akan kemampuan diri sendiri, berdisiplin modern dan bertanggungjawab. Sehingga apabila mentalitas budaya masyarakat justru tidak memiliki sikap-sikap tersebut, maka hal ini merupakan penghambat lajunya atau perkembangan pembangunan. Dengan demikian sikap disiplin dalam individu sebagai anggota masyarakat perlu sekali untuk dikembangkan, agar dapat mencapai tujuan pembangunan serta dapat tercipta kondisi lingkungan yang tertib dan aman sesuai dengan kaidah yang berlaku di masyarakat.
Senada dengan pernyataan Priodarminto (1994:23) bahwa terbentuknya sikap disiplin dalam diri individu adalah:
a) Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan dan diterapkan dari semua aspek, menerapkan sanksi dan ganjaran serta hukuman sesuai dengan para pelaku.
b) Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Hal ini tercipta melalui proses binanan dalam keluarga, pendidikan atau pengenalan dari keteladanan lingkungannya.
c) Disiplin lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang didalam sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat.
d) Disiplin tumbuh dan dapat dibina melalui latihan pendidikan atau penanaman kebiasaan-kebiasanan dengan keteladanan-keteladanan tertentu yang diawali sejak ada di dalam lingkungan keluarga, pada masa anak-anak dan terus berkembang menjadikan bentuk disiplin yang semakin kuat.
e) Disiplin yang mantap pada hakikatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber dari hati nurani manusia akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak bertahan lama atau akan lekas pudar.
           
            Pembentukan sikap disiplin dapat diterapkan mulai dari diri seseorang sejak dia masih dalam usia anak-anak yaitu melalui pendidik yang diberikan orang tua atau mulai dari lingkungan yang terkecil yaitu keluarga, karena lingkungan keluarga memiliki peran yang sentral dalam pembentukan sikap serta perilaku seorang dan selebihnya mereka akan dibentuk atau dipengruhi oleh lingkungan yang ada disekitar mereka yaitu lingkungan sosial masyarakat yang lebih luas. Sikap disiplin diri yang didasari oleh kesadaran serta karena adanya rasa keperdulian dan tangung jawab tentunya dapat berjalan dengan baik karena hal itu bukan berdasarkan atas paksaan dari orang lain.
Mewujudkan kedisiplinan di lingkungan masyarakat dapat dilakukan melalui pembinaan, serta pengarahan sikap disiplin yang diawali mulai dari sikap, kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kondisi lingkungan hidupnya. Usaha menciptakan dan mewujudkan pembangunan juga dapat dilakukan dengan cara memanamkan sikap perilaku disiplin atau kedisiplinan baik dalam disiplin diri, disiplin sosial, disiplin nasional maupun internasional. Selain itu dapat juga melalui upaya membiasakan diri dengan cara hidup dengan menjaga budaya hidup bersih dan sehat yang mencerminkan adanya kepedulian dan kesadaran dalam menjaga kondisi lingkungannya. Sehingga peranan tingkah laku manusia menjadi sangat penting dan menjadi titik sentral dalam hubungan manusia dengan lingkungannya (Surlito, 1992:3).
Dalam lingkungan masyarakat yang kompleks, setiap anggota masyarakat memiliki persepsi yang berbeda tentang kedisiplinan (konsep disiplin) begitu juga dalam penerapannya baik pada diri individu maupun pada kehidupan sosialnya. Untuk dapat menerapkan sikap tersebut pada setiap masyarakat harus memiliki kesadaran, karena hal ini dapat menjadi penggerak atau pendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu.

5.3 Lingkungan
5.3.1 Pengertian Lingkungan
Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata maupun abtrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen yang ada di alam tersebut (Soemirat, 2002:35).
Menurut Pramudia Sunu (2001:85) lingkungan merupakan suatu kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Istilah lingkungan juga disebut dengan istilah miliu, environment atau disebut juga dengan istilah nurture. Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang berpengaruh pada diri individu dalam berperilaku (Purwanto, 1999:14).
Lingkungan dalam hal ini adalah tempat yang mencangkup segala komponen yang ada baik yang berupa fisik maupun non fisik (tingkah-laku, tindakan, sikap dsb) dimana hal tersebut berhubungan dengan upaya atau usaha manusia untuk melaksungkan dan mempertahankan kehidupannya dengan cara menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.

5.3.2 Macam-macam Lingkungan
Lingkungan menurut Purwanto (1999:14) digolongkan menjadi beberapa bagian yaitu: a) lingkungan manusia, yaitu tarmasuk didalamnya dalam lingkungan ini adalah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, termasuk didalamnya kebudayaan, agama, taraf kehidupan dan sebaginya, b) lingkungan benda, yaitu benda yang terdapat disekitar manusia yang turut memberi warna pada jiwa manusia yang ada disekitar mereka dan c) lingkungan geografis, yaitu bahwa latar geografis turut mempengaruhi corak kehidupan manusia. Misalnya manusia yang tinggal didaerah pantai mempunyai keahlian, kegemaran dan kebudayaan yang berbeda dengan manusia yang ada dan tinggal didaerah yang gersang.
Lingkungan selain terbagi dalam beberapa bentuk lingkungan, menurut Purwanto (1999:16) menyebutkan bahwa lingkungan juga memiliki peranan bagi individu sebagai anggota masyarakat yaitu sebagai berikut:
1) Lingkungan sebagai alat bagi individu yaitu sebagai alat kepentingan individu, alat untuk kelangsungan hidup individu dan alat untuk kepentingan dalam pergaulan sosial.
2) Lingkungan sebagai tantangan bagi individu yaitu lingkungan berpengaruh untuk mengubah sikap dan perilaku individu karena lingkungan dapat menjadi lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya.
3) Lingkungan sebagai sesuatu yang harus diikuti, dimana sifat manusia senantiasa ingin mengetahui sesuatu dalam batas-batas kemampunnya. Lingkungan yang beraneka ragam senatiasa memberikan rangsangan daya tarik kepada individu untuk mengikuti. Individu yang peka terhadap perubahan lingkungannya, akan ikut berpartisipasi didalamnya.
4) Lingkungan merupakan obyek penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya yaitu lingkungan mempengaruhi individu, sehingga ia berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.

5.3.3 Kebersihan Lingkungan
Dalam lingkungan masyarakat kita sering sekali mendengar adanya kegiatan penyuluhan-penyuluhan, maupun upaya-upaya pemerintah dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya kegiatan tersebut yaitu kerja bakti, bersih desa dan sebagainya. Selain hal itu kita mungkin sudah mengenal dan sering mendengar slogan “kebersihan adalah pangkal kesehatan” dan ‘’kebersihan sebagian dari iman’’ dengan pangkal pemikiaran inilah, tak sedikit masyarakat mengupayakan menjaga kebersihan lingkungan yang ada sekitar mereka. Dengan lingkungan yang bersih diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang sehat. Karena lingkungan yang sehat merupakan kebutuhan bagi semua warga masyarakat yang tinggal disuatu lingkungan. Mengupayakan lingkungan yang bersih, tertib, dan teratur merupakan tugas setiap anggota masyarakat (Dacana, 1996:85).
Dalam menciptakan lingkungan yang bersih membutuhkan upaya dan usaha yang keras. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tentang anggapan atau persepsi individu tentang lingkungan yang bersih, serta diperlukan adanya kesadaran, keperdulian, kerjasama setiap anggota masyarakat. Dengan menerapkan perilaku serta tindakan yang mencerminkan kepedulian terhadap kondisi kebersihan lingkungan, maka membiasakan perilaku hidup dengan budaya hidup bersih dan sehat dapat diwujudkan.

5.4 Budaya Hidup Sehat
Menurut Dacana (1996:51) dalam kaitannya dengan masalah kebersihan lingkungan mengatakan bahwa masalah budaya hidup sehat erat kaitannya dengan masalah kebersihan lingkungan. Dimana merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kedisiplinan dalam kehidupan sosialnya dilingkungan masyarakat. Lingkungan yang bersih, dapat terwujud apabila dalam sikap dan perilaku individu dalam masyarakat peduli terhadap alam sekelilingnya. Sikap dan perilaku demikian itu biasanya lahir dan dilatar belakangi oleh tingkat pengetahuan, kesadaran dan tingkat disiplin pribadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Disamping itu kebiasaan hidup yang bersih dan tertib merupakan hasil dari proses panjang trasformasi sistem nilai, baik nilai budaya maupun agama.
Hal tersebut serupa dengan pernyataan Djoyomartono (2004:10) bahwa budaya hidup sehat erat kaitannya dengan perilaku seseorang dan persepsi seseorang dan juga lingkungan yang ada, sedangkan persepsi tentang kondisi kesehatannya dipengaruhi oleh budaya atau kebudayaan yang dimiliki.
Pengertian hidup sehat oleh masyarakat Sekaran umumnya diidentikan dengan pengertian kondisi lingkungan yang tidak sakit (masih dapat melakukan atau melaksanakan aktifitas seperti biasanya dengan baik). Cara hidup sehat yaitu cara hidup dengan pola makan yang teratur dan mengandung empat sehat lima sempurna, tidur yang teratur, menjaga kebersihan lingkungan, bebas dari polusi udara, tidak sakit, sedangkan budaya hidup bersih merupakan cara hidup masyarakat yang mencerminkan kebersihan lingkungan yang ada disekitar mereka yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan secara teratur seperti tempat atau ruang tamu, dapur, kamar mandi, WC, sumur halaman, selokan dsb.
Menerapkan sikap disiplin masyarakat untuk menjaga budaya hidup bersih dilingkunganya, tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan ada suatu kebiasaan atau keteladanan dalam menanamkan sikap disiplin dalam menerapkan budaya hidup bersih dilingkungannya dan hal ini diawali pada lingkungan yang lebih kecil yaitu pendidikan dalam lingkungan keluarga, yaitu diawali oleh sikap keteladanan orang tua dalam memberikan contoh yang baik dan menenanamkan sikap kedisiplinan.

5.5 Hubungan Masyarakat dan Lingkungan
Secara alamiah manusia hidup berinteraksi dengan lingkungan. Mulai dari manusia bernapas, mengambil udara yang ada disekeliling mereka setiap detiknya, memakan dari makan yang dihasilkan dari yang ada disekitar mereka, demikian pula minum, dan akitifitas mereka. Semua tergantung dari sosial budaya dan lingkungan yang ada. Karena manusia memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan hidupnya (Sumirat, 2002:34).
Dari sini jelas bahwa subyek dari kehidupan manusia dan kondisi lingkungan pada dasarnya adalah manusia itu sendiri. Lebih baik kualitas manusianya akan lebih baik pula kualitas kehidupan dan lingkungannya. Sebaliknya lebih buruk kualitas manusia akan lebih buruk kualitas kehidupanya dan lingkungannya. Masalah inilah yang sering menjadi perbincangan apakah orang yang berkualitas baik akan menghasilkan lingkungan yang berkualitas dan apakah lingkungan yang berkualitas baik tersebut akan menghasilkan manusia yang berkualitas (Amsyari, 1993:1).
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa hubungan antara manusia dan lingkungan merupakan hubungan yang saling terkait sebagai satu kesatuan ekosistem. Hubungan tersebut terlihat dari ketergantungan yaitu manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka ia memanfaatkan kondisi lingkungan yang ada disekitar mereka (sumber daya alam). Agar hubungan tersebut dapat berjalan dengan baik diperlukan adanya keselarasan, keserasian dan hubungan yang timbal balik secara seimbang.

5.6 Masyarakat Dan Kebersihan Lingkungan
   Sebagai mahluk yang dibekali kemampuan akal, pikiran serta pengetahuan, untuk menumbuhkan cinta dan kepedulian para masyarakat terhadap lingkungannya, diperlukan adanya suatu kesadaran, karena kesadaran tidak dapat timbul dengan sendirinya, akan tetapi perlu adanya upaya yang nyata baik melalui penanaman moral, nilai, pengertian–pengertian, penghayatan dan penanaman terhadap suatu kedisiplinan.
Sehubungan dengan kemampuan tersebut di atas, seharusnya masyarakat dapat menunjukan sikap peduli terhadap kondisi lingkungan, baik melalui sikap dan perbuatan yang tingkah laku secara lahiriah. Karena kesadaran adalah keinsyafan, keadaan mengerti nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia mengenai sesuatu hal yang ada (KBI, 1991:859).
Salah satu sikap disiplin masyarakat dalam menjaga kondisi lingkungan juga dapat dilakukan dengan menjaga ketertiban dan kenyamanan lingkungan yang ada disekitar mereka. Dan dengan mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan, tanpa adanya paksaan dari luar. Sikap dan perilaku ini dapat dianut berdasarkan keyakinan bahwa hal itulah yang benar dan keinsafan bahwa hal itu bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat (Suhartini, 2002:26).
Dengan demikian lingkungan merupakan bagian dari kebudayaan manusia. Keserasian dan keselarasan merupakan unsur dari kebudayaan sehingga kita dianjurkan untuk dapat menciptakan hidup secara serasi dan seimbang dengan alam yang ada disekitar kita, karena manusia juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ekosistennya. Jika terjadi kerusakan pada ekisistensinya, manusia juga yang akan menerima resikonya (Soemirat, 2002:34).
Dalam kehidupan masyarakat sebagai individu dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya sangat tergantung serta dipengaruhi oleh kondisi lingkunganya. Hubungan antara lingkungan dan manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena merupakan suatu kesatuan ekosistem yang memiliki ketergantungan dan hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini kadang dapat memberikan dampak serta pengaruh, baik yang negatif ataupun yang bersifat positif. Sehingga diperlukan adanya kesadaran, serta tanggung jawab bersama sebagai upaya untuk menjaga hubungan manusia dengan lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan mulai dengan menanamkan sikap disiplin lingkungan dan kesadaran lingkungan.

VI. Metode Penelitian
6.1 Pendekatan Penelitiaan
   Dalam penelitian ini digunakan pendekatan penelitian kualitatif mengenai tingkat kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih terhadap lingkungannya.
Penelitian kualitatif tidak bertujuan mengadakan pengukuran atau mengunakan prosedur-prosedur data statistik dalam menjelaskan hasil penelitian, akan tetapi dalam penelitian kualitatif lebih mementingkan pada penjelasan mengenai hubungan antara gejala yang diteliti dan sasaran yang diteliti.

6.2 Lokasi dan Fokus Penelitian
   Lokasi penelitian ini adalah masyarakat Sekaran ,Gunungpati-Semarang. Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan mengenai tingkat kedisiplinan masyarakat Sekaran dalam menjaga budaya hidup bersih terhadap lingkungannya. Dengan menfokuskan pada pandangan, sikap serta perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih.
Adapun indikator-indikator untuk mengetahui tingkat kedisiplinan masyarakat dalam mengaja budaya hidup bersih terhadap lingkungannya adalah:
a) persepsi masyarakat terhadap budaya hidup bersih dilingkungannya,
b) sikap masyarakat dalam mewujudkan kedisiplinan dalam menjaga budaya hidup bersih lingkungannya, dan
c) upaya masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih.

6.3 Sumber Data Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini memusatkan perhatian pada masyarakat Banaran, yaitu mencoba mengungkap dan mendiskripsikan tentang tingkat kedisiplinan masyarakat Banaran dalam menjaga budaya hidup bersih lingkungannya.
Untuk mengungkap permasalahan ini, digunakan situasi nyata sebagai sumber data. Adapun sumber data yang digunakan adalah sumber data primer. Data primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian baik melalui informan dan hasil wawancara,
6.3.1 Informan
 Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2000:90). Dalam hal ini adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai untuk keperluan informasi agar memberikan keterangan data yang diperlukan peneliti. Dalam penelitian kualitatif informan adalah sejumlah obyek yang akan diteliti atau diambil dan dijadikan parameter dalam pengambilan data informan yang dapat memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian Jumlah informan tidak ditentukan, karena data dapat diperoleh sewaktu-waktu sesuai dengan fakta saat di lapangan. Dengan menentukan informan sebagai kunci / inti (key informan) dalam sebuah perencanaan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kondisi dilapangan.

6.4 Metode Pengumpulan Data
6.4.1 Observasi
Observasi merupakan proses yang kompeks dari proses biologis dan psikologis yang menggunakan pengamatan dan ingatan. Untuk mempermudah pengamatan dan ingatan, digunakan berapa alat meliputi: alat tulis untuk mencatat dan alat elektronik berupa kamera.
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara langsung mengenai lingkungan masyarakat Sekaran, serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan berkaitan dengan kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.
6.4.2 Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang bertujuan. Biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih yang diarahkan oleh seseorang dengan maksud untuk memperoleh keterangan. Dalam situasi ini berlangsung interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee).
Adapun langkah yang dilakukan peneliti dalam wawancara yaitu  (1) menyeleksi informan kunci yang benar-benar dapat memberikan informasi tentang fokus yang akan diteliti, (2) menyiapkan perlengkapan wawancara seperti alat tulis(3) langkah selanjutnya peneliti mendatangi salah satu informan yang sudah dipilih, (4) kemudian mengadakan mengakrabkan diri dengan masyarakat, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
6.5 Validitas Data
Validitas data merupakan salah satu bagian yang sangat penting didalam penelitian kualitatif, untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang dilakukan. Untuk mendapatkan validitas data dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Maleong, 2002:178).
6.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan tidak akan memberi makna yang berarti, apabila tidak dilanjutkan dengan analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan sewaktu penelitian berlangsung. Dengan maksud, apabila ada data yang kurang agar segera dilengkapi, dan untuk memahami data-data yang terungkap untuk dapat diverifikasikan.

6.7 Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian
6.7.1     Tahap Persiapan
            Peneliti terlebih dahulu membuat desain penelitian kemudian melakukan observasi yang bertujuan memperoleh gambaran tentang kondisi lingkungan di daerah Sekaran.
6.7.2     Tahap Orientasi
            Diadakan perkenalan dengan masyarakat setempat, dalam upaya mengakrabkan diri dengan cara menempatkan diri sebagai bagian dari anggota masyarakat Sekaran.

DAFTAR PUSTAKA
KBBI.1997.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Hidayah, Zulyani. 1996. Sikap Budaya Antri Masyarakat Kota Yogyakarta. Jakarta: Bupera Nugraha
Maleong.2002. Metode Penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Posdakarya

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

(Tingkat Kedisiplinan Masyarakat Sekaran Dalam Menjaga Budaya Hidup Bersih Terhadap Lingkungannya)

Identitas diri
Nama                         : Tika Ardhiyati
TTL                             : 28 Februari 1992
Alamat                        : Perum Pisma Griya Permai Blok j/9
Jenis kelamin           : Perempuan
Status                         : Mahasiswa
Agama                       : Islam
Jur/fak                        : Sosiologi dan Antropologi / Ilmu Sosial

Informan
1.    Apa arti kebersihan menurut anda?
2.    Bagaimana pandangan anda mengenai budaya bersih?
3.    Upaya apa yang dilakukan masyarakat Banaran dalam menjaga kebersihan lingkungannya?
4.    Menurut anda apa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan?
5.    Seberapa sering anda membersihkan lingkungan tempat tinggal anda?



Lampiran 2

PEDOMAN OBSERVASI
(Tingkat Kedisiplinan Masyarakat Sekaran Dalam Menjaga Budaya Hidup Bersih Terhadap Lingkungannya)

Observasi merupakan proses yang kompeks dari proses biologis dan psikologis yang menggunakan pengamatan dan ingatan. Untuk mempermudah pengamatan dan ingatan, digunakan berapa alat meliputi: alat tulis untuk mencatat dan alat elektronik berupa kamera.
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara langsung mengenai lingkungan masyarakat Sekaran, serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan berkaitan dengan kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih dilingkungannya.
Sebelum observasi ada berberapa tahap dan persiapan yang dilakukan yaitu mempersiapkan pedoman observasi mengenai hal-hal yang akan diobservasi dilapangan terkait dengan kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih dilingkungnanya. Adapun yang menjadi fokus observasi dalam penelitian adalah
1. Gambaran umum masyarakat Sekaran.
2. Kondisi lingkungan masyarakat Sekaran.
3. Perilaku dan sikap masyarakat Sekaran dalam kehidupannya sehari-hari yang berkaitan dengan budaya hidup bersih.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar