Anak Jalanan

Kota Semarang adalah salah satu kota besar di Indonesia, ibu kota Propinsi Jawa Tengah, pusat segala aktivitas ekonomi, sosial dan budaya sepertihalnya kota-kota lain yang sedang berkembang di seluruh dunia. Sekarang ini banyak berdiri kantor-kantor, pusat perbelanjaan, sarana perhubungan, pabrik, sarana hiburan dan sebagainya yang mendorong para urban untuk mengadu nasib di Kota Semarang. Bagi mereka yang mempunyai bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang cukup bukan tidak mungkin mereka mampu bertahan di kota ini. Tetapi bagi mereka yang belum beruntung tak sedikit yang menjadi gelandangan atau pengemis. Adalah sebuah pemandangan yang sering kita temui di jalanan besar Kota Semarang, beberapa anak usia sekolah yang memintaminta, berjualan koran, mengamen atau becanda dengan kawan-kawannya. Mereka inilah yang disebut anak jalanan. Anak Jalanan adalah seseorang yang berumur di bawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan guna mendapatkan uang atau guna mempertahankan hidupnya. Untuk mempertahankan hidup, anak-anak yang hidup di jalanan biasanya melakukan aktivitas tertentu seperti mengamen, mengemis, mengelap kaca,jualan koran, parkir dan lain sebagainya.

METODE PENELITIAN SOSIAL

STANDAR KOMPETENSI           :    Mempraktikkan metode penelitian social
KOMPETENSI DASAR                 :    3.1 Merancang metode penelitian sosial  secara sederhana
3.2 Melakukan penelitian sosial secara sederhana
3.3 Mengkomunikasikan hasil penelitian sosial secara sederhana.
STANDAR KOMPETENSI : Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas sosial
KOMPETENSI                      : Mendeskripsikan bentuk-bentuk struktur sosial dalam fenomena kehidupan masyarakat. Menganalisis faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat.

INTERAKSI SOSIAL

Standar kompetensi
:
Memahami perilaku keteraturan hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
Kompetensi dasar
:
Mendeskripsikan proses interaksi sosial sebagai dasar pengembangan pola ketaraturan dan dinamika kehidupan sosial
 Masih pentingkah pendidikan bagi masyarakat pinggiran?

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dawasa ini peran pendidikan sebagai sarana peningkat kualitas SDM makin jelas terasa.Selain itu dunia pendidikan sekarang ini dirasa unik karena penuh dengan beragam masalah, baik itu berasal dari intern maupun ekstern lingkungan pendidikan.Namun tak dapat dipungkiri bahwa tinggi rendahnya kualitas pendidikan yang dimiliki oleh setiap masyarakat dipengaruhi oleh tingkat ekonomi yang mereka miliki pula.
Krisis ekonomi yang berawal dari krisis moneter tahun 1997, memiliki pengaruh signifikan terhadap dunia pendidikan Indonesia.Jumlah masyarakat miskin dan yang hidup di bawah garis kemiskinan meningkat.Pengangguran terbuka sudah mencapai 40 juta orang pada tahun 2004.Ditambah lagi pengangguran terselubung.Akibat langsung terhadap pendidikan adalah jumlah anak putus sekolah pada semua jenjang pendidikan meningkat.Indikator sosialnya adalah meningkatnya anak jalanan dan keluarga jalanan di kota-kota besar. Pada Pendidikan Tinggi, banyak mahasiswa yang diharapkan menjadi calon intelektual muda, terpaksa cuti kuliah karena keterbatasan ekonomi keluarga. Bagi siswa SLTP dan SLTA yang putus sekolah, masalahnya akan lebih rumit, karena pada usia ini, emosi mereka belum stabil, tidak toleran terhadap orang lain, agresif secara fisik, rendah kesadaran akan kesalahan diri, dan menunjukkan perilaku yang egoistik.